Ikan merupakan
salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup manusia.
Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa abad yang
lalu. Sebagai bahan pangan ikan mengandung zat gizi utama berupa protein,
lemak, vitamin dan mineral. Penanganan ikan setelah penangkapan atau pemanenan
memegang peranan penting untuk memperoleh nilai jual ikan yang maksimal. Salah
satu faktor yang menentukan nilai jual ikan dan hasil perikanan yang lain
adalah tingkat kesegarannya, mutunya, tahan lama, dan tidak cepat membusuk
(Junianto, 2003).
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
adalah salah
satu jenis ikan air tawar yang paling banyak dibudi dayakan di Indonesia. Ikan
Nila menduduki urutan kedua setelah ikan Mas (Cyprinces carpio) dalam
produksi budi daya air tawar di Indonesia. Menurut Suyanto (2003), ikan nila hidup di perairan tawar seperti sungai, danau, waduk dan rawa. Ikan
nila dapat hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam
yang sempit dan dangkal dengan kisaran kadar garam 0-35 permil. Nila juga
dapat hidup di sungai yang tidak terlalu deras aliranya.
Suhu optimal untuk
ikan nila antara 25-300C.
Departemen Perikanan dan Akuakultur FAO (Food
and Agriculture Organization) menempatkan ikan Nila di urutan ketiga setelah
udang dan salmon sebagai contoh sukses perikanan budi daya dunia. Nila menjadi
penting di dunia karena konsumen Nila ada di berbagai benua. Departemen
Perikanan dan Akuakultur FAO (Food and Agriculture Organization) menempatkan
ikan Nila di urutan ketiga setelah udang dan salmon sebagai contoh sukses
perikanan budi daya dunia. Nila menjadi penting di dunia karena konsumen Nila
ada di berbagai benua.
Bibit Nila didatangkan ke Indonesia
secara resmi oleh Balai Peneliti perikanan Air Tawar (Balitkanwar) dari Taiwan
pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, ikan ini
kemudian disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama
khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah melalui Direktur Jenderal
Perikanan. Pada tahun 1980-1990, Nila Merah diintrodusir masuk dari Taiwan dan
Filipina oleh Perusahaan Aquafarm. Pada tahun 1994, Balitkanwar kembali
mengintroduksi Nila GIFT (Genetic
Improvement for Farmed Tilapia) strai G3 dari Filipina dan Nila Citralada
dari Thailand. Secara genetic Nila GIFT telah terbukti memiliki keunggulan
pertumbuhan dan produktivitas yang lebih tinggi dibandinggkan dengan jenis ikan
Nila lain. Tahun 2000, salah satu perusahaan swasta nasional, CP Prima
mengintrodusir Nila Merah NIFI dan Nila GET dan Filipina tahun 2001. Pada tahun
2002, BBAT Jambi memasukan Nila JICA dari Jepang dan Nila Merah Citralada dari
Thailand.
Secara umum klasifikasi ikan nila menurut
Trewavas dalam Suyanto (2013), adalah
sebagai berikut :
Filum :
Chordata
Sub Filum :
Vetebrata
Kelas :
Osteichthyes
Sub Kelas :
Acanthopterigii
Ordo :
Percomorphy
Sub Ordo :
Percoidea
Famili :
Cichilidae
Genus :
Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Djauhariya (2003),
menyatakan bahwa ikan nila
dan
mujair merupakan sumber
protein hewani murah bagi konsumsi
manusia. Karena budidayanya mudah, harga
jualnya juga rendah. Budidaya dilakukan di kolam-kolam atau
tangki pembesaran.
Pada budidaya
intensif,
nila
dan
mujair
tidak dianjurkan
dicampur dengan ikan lain karena memiliki perilaku agresif. Nilai kurang bagi ikan
ini sebagai bahan konsumsi adalah kandungan
asam lemak omega-6 yang
tinggi sementara asam lemak omega-3 yang rendah. Komposisi ini kurang baik bagi mereka yang memiliki penyakit yang berkaitan dengan peredaran
darah.
Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala
(omnivora), pemakan plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini
diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air. Ikan ini sangat
peridi, mudah berbiak. Secara alami, ikan nila (dari perkataan Nile, Sungai
Nil) ditemukan mulai dari Syria di utara hingga Afrika timur sampai ke Kongo
dan Liberia. Pemeliharaan ikan ini diyakini pula telah berlangsung semenjak
peradaban Mesir purba. Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini
segera diternakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di berbagai
daerah di Indonesia. Akan tetapi mengingat rasa
dagingnya yang tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah mencapai harga yang
tinggi. Di samping dijual dalam keadaan segar, daging ikan nila sering pula
dijadikan fillet (Jeffri, 2010).
Persyaratan Lokasi Budidaya
- Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah
liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air
yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
- Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar
antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
- Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak
tinggi (500 m dpl).
- Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak
terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan
minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan
memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan
oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau
kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae.
Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat
kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan
alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak,
angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm.
- Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi
perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak
dengan baik di air arus deras.
- Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara
6-8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.
- Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30o C.
- Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
Cara
Budidaya
Ikan nila merupakan jenis ikan untuk konsumsi
dan hidup di air tawar. Ikan ini cenderung sangat mudah dikembangbiakkan serta
sangat mudah dipasarkan karena merupakan salah satu jenis ikan yang paling
sering dikonsumsi sehari-hari oleh Masyarakat. Dengan teknik budidaya yang
sangat mudah, serta pemasarannya yang cukup luas, sehingga budidaya ikan nila
sangat layak dilakukan, baik skala rumah tangga maupun skala besar atau
perusahaan.
Cara
budidaya ikan nila terdiri dari beberapa tahapan yang sangat penting untuk
diketahui, yaitu mulai dari persiapan kolam, penerbaran benih ikan, pencegahan
penyakit, dan masa pemanenan. Untuk mengetahi secara detail tentang
langkah-langkah tersebut diatas, maka berikut akan diberikan penjelasannya
secara spesifik kepada Anda.
Persiapan Sarana dan Prasarana
A. Kolam
Adapun kolam yang biasa digunakan dalam budidaya ikan nila antara lain :
Kolam Pemeliharaan Induk/Kolam Pemijahan
Kolam ini berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa kolam
tanah yang luasnya 50-100 m2 dan kepadatan kolam induk hanya 2
ekor/m2. Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar
antara 20-22 0C; kedalaman air 40-60 cm; dan sebaiknya dasar kolam
berpasir.
Kolam Pemeliharaan Benih/Kolam Pendederan
Luas kolam tidak lebih
dari 50-100 m2. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan
sebaiknya 5-50 ekor/m2. Lama pemeliharaan di dalam kolam
pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
Kolam Pembesaran
Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan
benih setelah dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini
diperlukan beberapa kolam pembesaran, antara lain:
1. Kolam Pembesaran Tahap I berfungsi untuk memelihara dan membesarkan
benih ikan selepas dari kolam pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara
2-4 buah dengan luas maksimum 250-500 m2/kolam. Pembesaran tahap I
ini tidak dianjurkan memakai kolam semen, sebab benih ukuran ini memerlukan
ruang yang luas. Setelah benih menjadi gelondongan kecil maka beniih memasuki
pembesaran tahap II atau langsung dijual kepada petani.
2. Kolam Pembesaran Tahap II berfungsi untuk memelihara benih gelondongan
besar. Kolam dapat berupa kolam tanah atau sawah. Keramba apung juga dapat
digunakan dengan mata jaring 1,25-1,5 cm. Jumlah penebaran pembesaran kolam
tahap II sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/m2.
3. Pembesaran Tahap III berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukan kolam
tanah antara 80-100 cm dengan luas 500-2000 m2.
Kolam/tempat Pemberokan
Pembesaran ikan nila dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapa
berukuran 1 x 2 m sampai 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran Hapa dapat
disesuaikan dengan kedalaman kolam. Selain itu sawah yang sedang diberokan
dapat dipergunakan pula untuk pemijahan dan pemeliharaan benih ikan nila.
Sebelum digunakan petak sawah diperdalam dahulu agar dapat menampung air
sedalam 50-60 cm, dibuat parit selebar 1-1,5 m dengan kedalaman 60-75 cm.
B. Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan
ikan nila diantaranya adalah : jala, waring (anco), hapa (kotak dari
jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser,
ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg),
cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar
kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/ menangkap
ikan nila antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan pengembangan
diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba
kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban
(untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote
(untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan
benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut
benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran
10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon
(untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang
berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih
besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan
konsumsi).
C. Persiapan Media
Yang dimaksud dengan persiapan
adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai
pengeringan, pemupukan dsb. Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu
dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan
pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter
persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing
dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang
berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter
persegi.
Pemilihan
Indukan
Budidaya ikan nila dewasa
ini banyak dikembangkan berbagai teknologi dalam rangka peningkatan mutu induk
ikan nila. Hal ini disebabkan pada saat ini telah banyak terjadi penurunan kualitas
induk ikan nila. Oleh karena itu kebutuhan induk bermutu sangat diharapkan
dalam rangka memperoleh benih yang berkualitas. Ikan nila merupakan salah satu
jenis ikan air tawar yang termasuk dalam program revitalisasi perikanan
budidaya yang dicanangkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, perlu dilakukan
suatu upaya dalam meningkatkan kualitas induk dan benih ikan nila yang beredar
di masyarakat. Teknologi produksi ikan nila jantan YY (supermale) telah dirilis pada tahun 2006 dengan nama nila GESIT (Genetically Supermale Indonesian Tilapia).
Ikan nila GESIT ini memiliki keunggulan karena apabila disilangkan dengan
betina normal (XX) akan menghasilkan keturunan yang semuanya jantan (XY)
(Maskur, et al. 2004).
1) Pemilihan Bibit dan Induk
Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul adalah sebagai berikut:
a) Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas yang
tinggi.
b) Pertumbuhannya sangat cepat.
c) Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
d) Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
e) Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per ekor
dan berumur sekitar 4-5 bulan.
Adapun ciri-ciri untuk membedakan
induk jantan dan induk betina adalah
sebagai berikut:
a) Betina
1.
Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur
dan lubang urine.
2. Ujung sirip berwarna
kemerah-merahan pucat tidak jelas.
3. Warna perut lebih putih.
4. Warna dagu putih.
5. Jika perut distriping tidak
mengeluarkan cairan.
b) Jantan
1. Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang
sperma merangkap lubang urine.
2. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.
3. Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
4. Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
5. Jika perut distriping mengeluarkan cairan.
Ikan nila sangat mudah kawin
silang dan bertelur secara liar. Akibatnya, kepadatan kolam meningkat.
Disamping itu, ikan nila yang sedang beranak lambat pertumbuhan sehingga
diperlukan waktu yang lebih lama agar dicapai ukuran untuk dikonsumsi yang
diharapkan. Untuk mengatasi kekurangan ikan nila di atas, maka dikembang metode
kultur tunggal kelamin (monoseks). Dalam metode ini benih jantan saja yang
dipelihara karena ikan nila jantan yang tumbuh lebih cepat dan ikan nila
betina. Ada empat cara untuk memproduksi benih ikan nila jantan yaitu:
a) Secara manual (dipilih)
b) Sistem hibridisasi antarjenis tertentu
c) Merangsang perubahan seks dengan hormon
d) Teknik penggunaan hormon seks jantan ada dua cara.
1. Perendaman
2. Perlakuan hormon melalui pakan
Penebaran
Benih Ikan
A. Syarat Benih
Benih yang
sehat memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1) Gerakannya lincah
2) Tidak cacat dan tidak luka di tubuh
3) Tidak ada tanda-tanda terserang penyakit
4) Besarnya kurang lebis seragam
B. Jenis Ikan
a.) Ikan herbivora, yaitu ikan pemakan tumbuhan
misalnya, ikan tawes dan gurame
b.) Ikan carnivore, yaitu ikan pemakan daging
misalnya, ikan lele, bawal
c.) Ikan omnivora, yaitu ikan pemakan segala
jenis pakan, misalnya ikan nila, dan ikan mas.
C. Penebaran Benih
Benih ikan
dapat ditebar di kolam bila kondisi kolam telah memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1.) Kedalaman air dapat dipertahankan 60-75 cm.
2.) Air sudah ditumbuhi plankton atau makanan
alami.
3.) Kualitas airnya baik dengan kriteria
kandungan oksigen terlarut minimal 4 ppm, pH air 6-8, dan suhu air 23- C.
1. Padat penebaran
Faktor yang
menentukan padat penebaran (jumlah ikan / ) adalah pemberian pakan, kesuburan
kolam, ukuran ikan yang ditebar, lamanya pemeliharaan dan lain sebagainya.
2. Waktu Penebaran
Waktu penebaran
benih ikan umumnya dilakukan pada pagih hari atau sore hari, padasaat airnya
sejuk sehingga benih ikan yang ditebar tidak setress (mati).
3. Cara penebaran
- Penebaran ikan dilakukan dengan cara aklimatisasi,
yaitu penyesuaian suhu air pada wadah benih dengan air kolam, penyesuaian
kualitas air.
- Aklimatisasi dilakukan selama 15-30 menit
sampai suhu air pada wadah benih sama dengan air kolam dengan cara kantong
plasatik berisi benih ikan langsung di apungkan dalam air kolam.
- Pelepasan benih dilakukan dengan cara
memiringkan wadah benih sampai ikan keluar dengan sendirinya.
Pemeliharaan
Kolam/Tambak
Sistem dan intensitas
pemeliharaan ikan nila tergantung pada tempat pemeliharaan dan input yang
tersedia.Target produksi harus disesuaikan dengan permintaan pasar. Biasanya
konsumen menghendaki jumlah dan ukuran ikan yang berbeda-beda. Intensitas usaha
dibagi dalam tiga tingkat, yaitu
a) Sistem ekstensif (teknologi sederhana)
- Sistem
ekstensif merupakan sistem pemeliharaan ikan yang belum berkembang. Input
produksinya sangat sederhana. Biasanya dilakukan di kolam air tawar. Dapat pula
dilakukan di sawah. Pengairan tergantung kepada musim hujan. Kolam yang
digunakan biasanya kolam pekarangan yang sempit. Hasil ikannya hanya untuk
konsumsi keluarga sendiri. Sistem pemeliharaannya secara polikultur. Sistem ini
telah dipopulerkan di wilayah desa miskin.
- Pemupukan
tidak diterapkan secara khusus. Ikan diberi pakan berupa bahan makanan yang
terbuang, seperti sisa-sisa dapur limbah pertanian (dedak, bungkil kelapa
dll.).
- Perkiraan
pemanenan tidak tentu. Ikan yang sudah agak besar dapat dipanen sewaktu-waktu.
Hasil pemeliharaan sistem ekstensif sebenar cukup lumayan, karena pemanenannya
bertahap. Untuk kolam herukuran 2 x 1 x 1 m ditebarkan benih ikan nila sebanyak
20 ruang berukuran 30 ekor. Setelah 2 bulan diambil 10 ekor, dipelihara 3 bulan
kemudian beranak, demikian seterus. Total produksi sistem ini dapat mencapai
1.000 kg/ha/tahun 2 bln. Penggantian air kolam menggunakan air sumur.
Penggantian dilakukan seminggu sekali.
b) Sistem semi-Intensif (teknologi madya)
- Pemeliharaan semi-intensif
dapat dilakukan di kolam, di tambak, di sawah, dan di jaring apung.
Pemeliharaan ini biasanya digunakan untuk pendederan. Dalam sistem ini sudah
dilakukan pemupukan dan pemberian pakan tambahan yang teratur.
- Prasarana berupa saluran
irigasi cukup baik sehingga kolam dapat berproduksi 2-3 kali per tahun. Selain
itu, penggantian air juga dapat dilakukan secara rutin. Pemeliharaan ikan di
sawah hanya membutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena bersamaan dengan tanaman padi
atau sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil ikan dan sawah ukurannya tak
lebih dari 50 gr. Itu pun kalau benih yang dipelihara sudah berupa benih
gelondongan besar.
- Budi daya ikan nila secara
semi-intensif di kolam dapat dilakukan secara monokultur maupun secara
polikultur. Pada monokultur sebaiknya dipakai sistem tunggal kelamin. Hal mi
karena nila jantan lebih cepat tumbuh dan ikan nila betina.
- Sistem semi-intensif juga dapat
dilakukan secara terpadu (intergrated), artinya kolam ikan dikelola bersama
dengan usaha tani lain maupun dengan industri rumah tangga. Misal usaha ternak
kambing, itik dan sebagainya. Kandang dibuat di atas kolam agar kotoran ternak
menjadi pupuk untuk kolam.
- Usaha tani kangkung, genjer dan
sayuran lainnya juga dapat dipelihara bersama ikan nila. Limbah sayuran menjadi
pupuk dan pakan tambahan bagi ikan. Sedangkan lumpur yang kotor dan kolam ikan
dapat menjadi pupuk bagi kebun sayuran.
- Usaha huler/penggilingan padi
mempunyai hasil sampingan berupa dedak dan katul. Oleh karena itu, sebaiknya
dibangun kolam ikan di dekat penggilingan tersebut.
- Hasil penelitian Balai
Penelitian Perikanan sistem integrated dapat menghasilkan ikan sampai 5 ton
atau lebih per 1 ha/tahun.
c) Sistem intensif (teknologi maju)
- Sistem pemeliharaan intensif
adalah sistem pemeliharaan ikan paling modern. Produksi ikan tinggi sampai
sangat tinggi disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
- Pemeliharaan dapat dilakukan di
kolam atau tambak air payau dan pengairan yang baik. Pergantian air dapat
dilakukan sesering mungkin sesuai dengan tingkat kepadatan ikan. Volume air
yang diganti setiap hari sebanyak 20% atau bahkan lebih.
- Pada usaha intensif, benih ikan
nita yang dipelihara harus tunggal dain jantan saja. Pakan yang diberikan juga
harus bermutu.
- Ransum hariannya 3% dan berat
biomassa ikan per hari. Makanan sebaiknya berupa pelet yang berkadar protein
25-26%, lemak 6-8%.
Pemberian pakan sebaiknya
dilakukan oleh teknisinya sendiri dapat diamati nafsu makan ikan-ikan itu.
Pakan yang diberikan knya habis dalam waktu 5 menit. Jika pakan tidak habis
dalam waktu 5 menit berarti ikan mendapat gangguan. Gangguan itu berupa
serangan penyakit, perubahan kualitas air, udara panas, terlalu sering diberi
pakan.
Pemberian
Pakan
Pakan memegang peranan penting dalam kegiatan budidaya ikan.
Kebutuhan pakan selama budidaya dapat mencapai sekitar 60-70% dari biaya
operasional budidaya (Hadadi, dkk., 2009). Pakan yang diberikan pada ikan
dinilai baik tidak hanya dari komponen penyusun pakan tersebut melainkan juga
dari seberapa besar komponen yang terkandung dalam pakan mampu diserap dan
dimanfaatkan oleh ikan dalam kehidupannya (NRC, 1993) sehingga pakan yang
diproduksi dengan harga mahal pun belum tentu memiliki kualitas yang baik oleh
karena itu, perlu dicari alternatif bahan pakan yang dapat membantu dalam
proses pencernaan pakan. Salah satu bahan pakan yang dapat digunakan adalah
serat kasar (Ratna et.al., 2012).
Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton,
maupun binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik
nyamuk dan chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila. Namun,
induk ikan nila juga masih perlu pakan tambahan berupa pelet yang mengandung
protein 30-40% dengan kandungan lemak tidak lebih dan 3%. Pembentukan telur
pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di dalam pakannya. Perlu pula
ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge dan daun-daunan/sayuran yang
duris-iris. Boleh juga diberi makan tumbuhan air seperti ganggeng (Hydrilla).
Banyaknya pelet sebagai pakan induk kira-kira 3% berat biomassa per han. Agar
diketahui berat bio massa maka diambil sampel 10 ekor ikan, ditimbang, dan
dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah
seluruh ikan di dalam kolam. Misal, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan
90 ekor maka berat biomassa 220 x 90 = 19.800 g. Jumlah ransum per han 3% x
19.800 gram = 594 gram. Ransum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang
banyak mengandung lemak seperti bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik
untuk induk ikan. Apalagi kalau han tersebut sudah berbau tengik. Dedak halus
dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan seperti itu juga
berfungsi untuk menambah kesuburan kolam.
Pencegahan
Penyakit
1. Hama
a) Bebeasan (Notonecta)
Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100
meter persegi.
b) Ucrit (Larva cybister)
Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit diberantas; hindari bahan organik menumpuk di
sekitar kolam.
c) Kodok
Makan telur telur ikan. Pengendalian:
sering membuang telur yang mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.
d) Ular
Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian:
lakukan penangkapan; pemagaran kolam.
e) Lingsang
Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang
jebakan berumpun.
f) Burung
Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning. Pengendalian: diberi penghalang bambu
agar supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang.
2. Penyakit
a) Penyakit pada kulit
Gejala: pada bagian tertentu
berwarna merah, berubah warna dan tubuh berlendir. Pengendalian: (1) direndam dalam larutan PK (kalium permanganat)
selama 30-60 menit dengan dosis 2 gram/10 liter air, pengobatan dilakukan
berulang 3 hari kemudian. (2) direndam dalam Negovon (kalium permanganat)
selama 3 menit dengan dosis 2-3,5 %.
b) Penyakit pada insang
Gejala: tutup insang
bengkak, Lembar insang pucat/keputihan. Pengendalian:
sama dengan di atas.
c) Penyakit pada organ dalam
Gejala: perut ikan bengkak,
sisik berdiri, ikan tidak gesit. Pengendalian:
sama dengan di atas.
Secara umum hal-hal yang
dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya penyakit dan hama pada budidaya ikan
nila:
a) Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.
b) Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.
c) Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.
d) Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu
pintu pemasukan air.
e) Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.
f) Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan secara
hati-hati dan benar.
g) Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus
peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.
Masa
Pemanenan
Pemanenan ikan nila dapat dilakukan dengan cara: panen total dan panen sebagian.
a) Panen total
Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air
tinggal 10 cm. Petak pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 1 m persegi di
depan pintu pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dala penangkapan ikan.
Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan
waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati
untuk menghindari lukanya ikan.
b) Panen sebagian atau panen selektif
Panen selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan dipanen
dipilih dengan ukuran tertentu. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan waring
yang di atasnya telah ditaburi umpan (dedak). Ikan yang tidak terpilih
(biasanya terluka akibat jaring), sebelum dikembalikan ke kolam sebaiknya
dipisahkan dan diberi obat dengan larutan malachite green 0,5-1,0 ppm selama 1
jam.
Pascapanen
Penanganan pascapanen ikan nila
dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar.
a) Penanganan ikan hidup
Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam
keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke
konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
1. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 0C.
2. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
3. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
b) Penanganan ikan segar
Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang
perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
1. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
2. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
3. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak
dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun
pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau
fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
4. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 0C.
Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es
dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di
atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan
seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara
ikan dengan penutup kotak.
c) Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah
sebagai berikut:
1) Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit
dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong
plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
2) Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan
penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur
yang telah diaerasi semalam.
3) Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari.
Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi
yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5
m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas
sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan
harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
4) Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi
menjadi dua bagian, yaitu:
1. Sistem terbuka
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan
waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air
bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5
cm.
2. Sistem tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih
dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri
dari air bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara
pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air
bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan
menekan kantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung
dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga
(air:oksigen=1:2); (4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastik
dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran
panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong
plastik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan
adalah sebagai berikut:
-
Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam
10 liter air bersih).
-
Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat
sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi
perlahan-lahan.
-
Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2
menit.
-
Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan
diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25
ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat
lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
-
- Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.
DAFTAR PUSTAKA
Djauhariya,
Endjo. 2003. Mengkudu (Morinda citrifolia L) Tanaman Obat Tradisional. Perkembangan
Teknologi 15(1): 18-23.
Jeffri. 2010.
Ikan nila. Jurnal Aquaculture. No. 5. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Malang.
Junianto. 2003.
Teknik Penanganan Ikan. Penebar
Swadaya : Jakarta.
Maskur,
S. Hanif, A. Sucipto, D.I. Handayani, dan T. Yuniarti. 2004. Protokol Pemuliaan
(Genetic Improvement) Ikan Nila. Pusat Pengembangan Induk Ikan Nila Nasional.
BBPBAT Sukabumi, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelauta dan
Perikanan.
Ratna Ayu
Megawati, Muhammad Arief,
dan Moch. Amin Alamsjah. 2012. Pemberian Pakan Dengan Kadar Serat Kasar Yang
Berbeda Terhadap Daya Cerna Pakan Pada Ikan Berlambung Dan Ikan Tidak
Berlambung. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol.
4 No. 2 . Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo - Surabaya.
Suyanto, S.R.,
2003. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta. 105 halaman.