Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh
makhluk hidup disamping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal
sebagai zat anorganik atau kadar abu. Berbagai unsur anorganik (mineral)
terdapat dalam bahan biologi, tetapi tidak atau belum semua mineral tersebut
terbukti esensial, sehingga ada mineral esensial dan nonesensial. Mineral
esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk
hidup untuk membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur mineral lain
yaitu besi, iodium, tembaga dan seng terdapat dalam jumlah yang kecil dalam
tubuh, karena itu disebut trace element atau mineral mikro (Aisyah,
2012).
Hewan laut banyak mengandung vitamin dan mineral. Organisme lautan
banyak mengandung vitamin A dan D, selain banyak mengandung vitamin, organisme
lautan juga kaya akan mineral. Mineral penting lebih banyak terdapat pada dari
hewan laut bila dibandingkan dari organisme darat, selain itu limbah hasil
perikanan merupakan sumber mineral yang bagus karena kandungan mineral yang
tinggi. Ikan mengandung berbagai senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan antara
lain protein,lemak dengan omega 3, vitamin, mineral, taurine dan sebagainya.
Protein yang mengandung asam amino mempunyai daya cerna yang tinggi dan
berkualitas tinggi, peptida dari organ pencernaan ikan bermanfaat bagi
kesehatan, demikian juga vitamin dan mineral. Jumlah mineral yang ada pada ikan
seperti K, Ca, Mg dan P dan mikromineral seperti Se, F, I, Co, dan Mn secara
keseluruhan mencapai 0.6–1.5% dari berat basah. Fe, Zn dan Se merupakan trace
mineral yang kaya di ikan (Susanto dan Fahmi, 2012).
Fungsi Mineral
Fungsi struktural
adalah fungsi mineral untuk pembentukan struktur tubuh seperti tulang, gigi,
dan sisik ikan. Mineral yang banyak berperan dalam fungsi ini adalah Ca, P, F,
dan Mg yang membantu pernafasan adalah Fe, Cu, dan Co, sedangkan mineral yang
membantu proses metabolisme adalah semua mineral esensial, baik makro maupun
mikro. Mineral essensial termasuk yang berperan dalam metabolisme adalah
pembentukan enzim, mengatur keseimbangan cairan tubuh. Beberapa fungsi penting
lainnya.umumnya kekurangan mineral akan berpengaruh pada pertumbuhan.
Kebutuhan
mineral bagi ikan sangat tergantung pada konsentrasi perairan. Ikan laut juga
mengeluarkan CO2 dan NH3 dari proses katabolisme melalui insang. Kandungan
mineral dalam pakan untuk ikan laut perlu di pertimbangkan, hal ini karena ikan
air laut kaya akan kalsium dan fosfor. Kedua komponen mineral ini terdapat
sangat banyak dalam tubuh ikan dalam bentuk kombinasi (99% kalsium dan 80% fosfor
ada dalam tulang, gigi, dan sisik ikan) mengingat lingkungannya, ikan laut
membutuhkan makanan yang mengandung rasio kalsium dan fosfor yang lebih
sedikit.
Tidak kurang 15
zat mineral telah diketahui mempunyai fungsi esensial dalam tubuh ikan.
Beberapa zat-zat mineral tersebut adalah: natrium, kalium, fosfor, kalsium,
khlor, magnesium, ferrum, belerang, iodium, mangan, kuprum, kobalt, molybdenum,
selenium, dan zincum. Ikan setidak-tidaknya membutuhkan 13 zat anorganik untuk
makanan yang baik. Kalsium dan fosfor dibutuhkan dalam jumlah besar untuk
pembentukan gigi, tulang, dan kulit sehingga zat-zat mineral tersebut harus ada
dalam jumlah yang besar dalam Kementerian kelautan dan perikanan.
Fungsi utama mineral, antara lain :
1.
Berperan dalam proses pembentukan rangka,
pernapasan, dan metabolisme. Mineral Ca, P, F, dan Mg adalah mineral yang
berguna dalam pembentukan struktur tubuh ikan, tulang, gigi, dan sisik ikan.
Mineral Fe, Cu, dan Ca berperan besar dalam proses pernapasan. Mineral yang
membantu proses metabolisme meliputi semua mineral, baik yang esensial maupun
nonesensial.
2.
Mengatur keseimbangan asam basa dan proses
osmosis antara cairan tubuh dan lingkungannya (terutama Na, K, Ca, dan Cl).
3.
Berperan dalam proses pembekuan darah dan
pembentukan haemoglobin (terutama Fe, Cu, dan Co).
4.
Berperan penting dalam proses metabolisme
(terutama Cl, Mg, dan P).
5.
Mengatur fungsi sel (Cu dan Zn), membentuk fosfolipid
dan bahan inti sel (S, dan P), mematangkan kelenjar kelamin (Br), dan membentuk
hormon tiroid (I).
6.
Komponen utama dalam struktur gigi dan tulang
7.
Sebagai struktur dari jaringan
8.
Sebagai komponen utama dari enzim, vitamin,
hormon, dan pigmen
Dua kelompok mineral, antara lain :
1. Makromineral
a. Konsentrasi
tinggi dalam tubuh.
b. Ca
(kalsium), Mg (magnesium), Na (natrium), K (kalium), P (fosfor), Cl (klorida),
dan S (sulfur)
2. Mikromineral
a. Konsentrasi
rendah dalam tubuh.
b. Fe
(besi), Zn (seng), Mn (mangan), Cu (tembaga),
I (iodium), Co (kobalt), Ni (nikel), F (fluor), Cr (krom) Si (silikon),
dan Se (selenium).
Fungsi mineral secara spesifik antara lain :
a.
Fungsi kalsium adalah membentuk tulang dan tulang
rawan , pembentukan darah dan kontraksi otot; perkembangan dan pemeliharaan sIstem
skeletal dan berperan dalam beberapa proses fisiologis ikan dan
udang; kontraksi dan relaksasi otot, transmisi impuls
syaraf, pembekuan dan pengentalan darah; sebagai ”intracellular regulator” atau messenger yaitu membantu regulasi
aktivitas otot kerangka, jantung dan jaringan lainnya; komponen utama pembentuk
kerangka tubuh, gigi, kulit, tulang dan sisik; mempertahankan
integritas sel dan keseimbangan asam-basa; membantu penyerapan vitamin
B12 dan menjaga keseimbangan osmotik.
b.
Fungsi
fosfor adalah pembentukan tulang, energy tinggi, ester fosfor, senyawa
organo-fosfor yang lain serta; komponen pembentuk kerangka tubuh; penyusunan
tulang, asam nukleat dan membran sel serta dalam reaksi seluler; metabolisme
karbohidrat, lipid dan asam amino; sebagai penyanggah (buffer) dalam
cairan tubuh ikan dan udang; komponen DNA, RNA, ATP dan berbagai koenzim,
pergerakan otot dan memelihara keseimbangan asam basa.
c.
Fungsi magnesium berperan sebagai kofaktor (mengaktifkan) kerja enzim
dalam metabolisme lemak, karbohidrat dan protein; sebagai komponen esensial
dalam menjaga homeostasis intra dan ekstra seluler.
d.
Besi
sebagai bagian
essensial dari haeme dalam haemoglobin dan cytochromes;
unsur yang sangat penting dalam pigmen darah (hemoglobin dan myoglobin);
terlibat dalam pengangkutan oksigen dalam darah dan urat daging (otot) serta
pemindahan/transfer elektron dalam tubuh; unsur yang sangat penting dari
variasi sistem enzim, yang meliputi enzim katalase, enzim peroxidase, enzim
xantin oksidase, enzim aldehyde oxidase dan enzim succinic dehydrogenase.
e.
Potasium
berfungsi kation
monovalent antar cairan seluler, sistem saraf dan
osmoregulasi; memelihara
keseimbangan air dan distribusinya; memelihara keseimbangan osmotik normal,
asam basa dan iritabilitas otot.
f.
Fungsi sulfur adalah integral dari sulfur, asam amino
dan kolagen terlibat dalam detoksifikasi senyawa aromatik.
g.
Mangan berfungsi sebagai bagian dari enzim atau sebagai
kofaktor untuk arginase dan enzyme metabolic; untuk pembentukan
tulang dan regenerasi erythrocyte; sebagai enzim aktivator untuk
enzim yang menjembatani transfer dari grup.
h.
Selenium berfungsi untuk melindungi
sel dan membran terhadap peroksida yang berbahaya; melindungi sel dari pengaruh
peroxides; bersama-sama dengan vitamin E berfungsi sebagai antioksi dan
biologis yang melindungi polyunsaturated phospholipid di dalam sel dan sub sel
membran dari kerusakan peroksidatif.
i.
Yodium
diperlukan untuk pembentukan berbagai hormon dari kelenjar tiroid; unsur pokok
dari thyroxine dan regulasi penggunaan oxygen; mengatur
laju metabolisme seluruh proses ke dalam tubuh
j.
Sodium berfungsi sebagai kation monovalent antar cairan seluler;
untuk keseimbangan antara asam basa dan osmoregulasi. Klorin berfungsi sebagai anion monovalent
dalam cairan sellular dan sistem keseimbangan asam basa;
komponen dari pencernaan (HCl); berperan besar dalam aktivitas osmoregulasi
k.
Seng
berfungsi sebagai kofaktor atau aktivator beberapa enzim dan juga
merupakan salah satu dari komponen metaloenzim, sehingga konsentrasi seng dapat
mempengaruhi aktifitas enzim.
1.
Kalsium
Peranan dan fungsi kalsium di
dalam tubuh antara lain adalah sebagai komponen utama pembentuk tulang, gigi,
kulit, serta sisik, dan memelihara ketegaran kerangka tubuh, mengentalkan
darah, sebagai “intracellular regulator” atau messenger yaitu
membantu regulasi aktivitas otot kerangka, jantung dan jaringan lainnya,
konstraksi dan relaksasi otot, membantu penyerapan vitamin B12, menjaga
keseimbangan osmotik. Pengambilan kalsium dari perairan oleh ikan digunakan atas dasar untuk
kegiatan struktural. Transpor Ca dari air oleh aliran darah ke jaringan tulang
dan kulit berlangsung secara cepat. Jumlah lemak dalam pakan sangat berpengaruh
dalam penyerapan Ca oleh usus. Kondisi abnormal, yaitu penyerapan lemak
terganggu maka Ca pun akan sedikit yang diserap. Hal ini dikarenakan asam lemak
yang tidak diserap akan berikatan dengan Ca dan akan terbuang dalam bentuk
feses. Kandungan Ca dalam perairan sangat diperlukan untuk kehidupan ikan.
Perairan dengan kandungan Ca rendah akan berdampak buruk terhadap pertumbuhan dan
mengganggu adaptasi pada saat kondisi lingkungan berubah. Perairan yang kaya
akan Ca akan meningkatkan toleransi terhadap temperatur dan akan mengurangi
keracunan akibat menurunnya pH.
Unsur kalsium juga tidak kalah pentingnya dalam proses pertumbuhan larva
ikan karena penambahan unsur kalsium dalam pakan selain dapat meningkatkan
kelangsungan hidup juga meningkatkan proses pertumbuhan tulang belakang sehingga
dapat mengurangi tingkat deformitas. Hal ini diperkuat oleh Watanabe (1988)
menyatakan bahwa phospor dan kalsium merupakan jenis mineral yang sangat
penting dalam proses pembentukan tulang untuk memacu pertumbuhan dan dapat
digunakan untuk menyusun nutrisi pakan tambahan dalam pemeliharaan larva karena
fungsi utama kalsium adalah untuk pembentukan organ-organ keras seperti tulang
dan gigi serta membantu proses pembekuan darah hewan-hewan vertebrata. Kalsium
juga berperan untuk meningkatkan kerja syaraf dalam menyampaikan impuls,
memperlancar osmoregulasi dan sebagai kofaktor dalam memperlancar kerja enzim
dalam tubuh hewan air (Kompyang, 1990). Kebutuhan nutrisi minimal telah
dipenuhi maka pertumbuhan larva yang tidak normal (deformitas) dapat dihindari
dan kelangsungan hidupnya dapat ditingkatkan dalam Aslianti dan Agus (2009).
Menurut Hossain dan Furuichi
(1999) dalam Aslianti dan Agus
(2009), menyatakan bahwa penambahan unsur kalsium dalam pakan dapat
meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan. Penambahan kasium
dalam pakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tulang sehingga apabila
kalsium terdapat dalam jumlah yang seimbang diduga proses pertumbuhan tulang
larva menjadi normal dan secara fisik pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya
menjadi lebih baik, Selanjutnya dikatakan bahwa peranan kalsium dalam tubuh
hewan air adalah membentuk tulang belakang, jari-jari sirip, membentuk bagian
eksoskeleton, haemoglobin, penyampaian impuls dari syaraf pusat dan berperan
dalam osmoregulasi tubuh.
2.
Magnesium
Magnesium merupakan kofaktor bagi semua enzim yang
terlibat di dalam reaksi pemindahan fosfat (fosfokinase) yang menggunakan ATP
dan fosfat nukleotida yang lain sebagai substrat. Fungsi magnesium bagi ikan
dan udang adalah sebagai komponen esensial dalam menjaga homeostasis intra dan
ekstra seluler. Magnesium dalam tubuh diserap oleh usus halus dan hanya
sedikit yang dieksresikan dan hampir seluruhnya diserap secara sempurna.
Penyerapan magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh masuknya magnesium dalam
usus, waktu singgah di usus, kecepatan penyerapan air, kadar kalsium fosfat dan
laktosa dalam pakan, sumber magnesium, dan umur serta jenis ikan. Kandungan
magnesium di dalam ikan jumlahnya relatif rendah dibandingkan dengan hewan
darat, sebagian besar magnesium, kurang lebih 65%, berada dalam kerangka ikan.
Konsentrasi magnesium dalam perairan ikan tawar sering tidak mencukupi untuk
kebutuhan metabolisme ikan, oleh karena itu pemberian mineral magnesium pada
pakan untuk pemeliharaan ikan tawar sangat penting. Rendahnya suplai magnesium
dalam pakan dapat mengakibatkan nafsu makan berkurang, pertumbuhan dan
aktivitas ikan berkurang, kandungan Ca dan Mg dalam tubuh dan vertebrate akan
berkurang. Selain itu ikan akan memperlihatkan keabnormalan dalam pertumbuhan
tulang.
3.
Besi
Zat besi
merupakan unsur mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh ikan dan
manusia. Dalam makanan terdapat dua macam zat besi, yaitu dalam bentuk heme dan
non heme. Zat besi heme ditemukan dalam bentuk haemoglobin dan zat besi non
heme dalam otot yang disebut myoglobin. Fungsi dan peranan zat besi dalam tubuh
ikan antara lain adalah unsur yang sangat penting dalam pigmen darah (haemoglobin
dan myoglobin). Terlibat dalam pengangkutan oksigen dalam darah dan
urat daging (otot) serta pemindahan/transfer elektron dalam tubuh. Unsur yang
sangat penting dari variasi sistem enzim, yang meliputi enzim katalase,
enzim peroksidase, enzim xantin oksidase, enzim aldehyde
oxidase dan enzim succinic dehydronase. Ikan dapat menyerap zat besi
terlarut dari air melalui insang, sirip dan kulit. Zat besi dalam bentuk
tereduksi, ion fero (Fe++) lebih mudah diserap karena lebih mudah
larut dalam cairan-cairan pencernaan. Penyerapan zat besi dalam saluran
pencernaan sangat dipengaruhi oleh kadar keasaman, pH atau keasaman lambung dan
bagian atas usus halus. Kekurangan zat besi pada ikan dapat membawa dampak yang
merugikan pada ikan. Pada beberapa jenis ikan memberikan dampak yang berbeda,
misalnya pada ikan channel catfish dapat mengakibatkan pertumbuhan
terhambat, konversi pakan rendah, nafsu makan menurun dan abnormalitas.
4.
Klorin
Klorida berperan
besar dalam aktivitas osmoregulasi. Pertukaran klorin sebagian besar terjadi
pada insang. Pada ikan tawar pengambilan klorin terjadi pada kondisi medium
yang hipotonik, dengan cara memompa NaCl melalui insangnya dan pengeluaran
klorin dilakukan dalam bentuk urin. Pada ikan air laut pengambilan klorin
dilakukan dengan cara melakukan banyak minum air laut sehingga klorin secara
difusi ikut masuk ke dalam tubuh ikan. Ikan air laut biasanya melakukan dengan
cara memompa melalui insang epithelium pada kondisi medium hipertonik. Kondisi
normal klorin dapat dikeluarkan dalam bentuk urin pada jumlah yang sedikit, namun pada
kondisi stres ikan banyak mengeluarkan urin sehingga kehilangan NaCl yang cukup
besar. Klorin keluar dari tubuh melalui urin dan sedikit melalui feses.
Ketersediaan Cl di dalam air sangat menguntungkan untuk kehidupan ikan agar
mempunyai toleransi terhadap perubahan suhu. Pemberian garam pada bahan pakan
dari segi mamfaatnya masih diperdebatkan. Hal ini disebabkan dari hasil
penelitian memberikan hasil yang menunjukkan bahwa pemberian NaCl pada pakan
berakibat buruk terhadap penambahan bobot. Pemberian NaCl sebanyak 3% pada
pakan mengakibatkan pertambahan bobot hanya 85% dibandingkan dengan kontrol.
Pada penambahan NaCl sebanyak 6% memberikan pertambahan sebesar 77% sedangkan
penambahan sebanyak 12% mengakibatkan pertambahan bobot sebesar 70%. Hal ini
dikarenakan NaCl pada tingkatan yang lebih tinggi diserap dalam 24 jam yang
kelebihannya akan dikeluarkan ke dalam perairan tawar pada sistem osmoregulasi
dalam urin hipoosmotik normal, sedangkan pada ikan laut pengambilan NaCl dalam
jumlah besar relatif sering terjadi pada berbagai kasus.
Bahan Penyusun
Mineral
Sumber mineral dapat berasal
dari hewan maupun tumbuhan, antara lain :
Tabel 1. Sumber Mineral
Mineral
|
Sumber
|
Natrium
|
Garam dapur, teri kering, margarin.
|
Kalium
|
Makanan mentah atau segar, terutama buah,
sayuran, dan kacang-kacangan.
|
Klor
|
Garam dapur, sayur-sayuran dan buah-buahan
|
Kalsium
|
Teri kering, udang kering, susu, dan hasil susu
|
Fe
|
Kacang-kacangan, sayuran hijau ikan, daging
|
Zn
|
Protein hewani, seperti daging hati, dan telur
|
Cu
|
Kacang-kacangan, kerang, hati
|
I
|
Makanan laut, seperti ikan dan udang
|
Selenium
|
Makanan laut, hati, biji-bijian, serealia
|
Sumber mineral
untuk ikan dan udang pada umumnya
sedikit berbeda dengan hewan lainnya. Ikan dan udang bisa mendapatkan
mineral dari air (lingkungan hidupnya) dan makanannya., sedangkan hewan darat
pada umumnya hanya mendapatkan asupan mineral dari makanannya. Mineral yang
bisa didapat dari air antara lain Ca, K, Cu, dan Iodin, sedangkan mineral
lainnya perlu tersedia dlam pakan (Sukarman dan Lili, 2011).
Komponen penyusun mineral makro dan mikro dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan
Mineral Makro dan Mikro
Mineral
|
Sumber
|
Kadar (%)
|
Potasium (K)
|
K2SO4.MgSO4 dan K2SO4
|
18 dan 41
|
Magnesium (Mg)
|
K2SO4.MgSO4 dan Magnesium
Oksida
|
11 dan 55-58
|
Sulfur (S)
|
K2SO4.MgSO4 dan K2SO4
|
22 dab 17
|
Kalsium sulfat (CaSO4)
|
17
|
|
Amonium sulfat( (NaH4)2 SO
4)
|
24
|
|
Sulfur (S)
|
99,9
|
|
Sodium sulfat (Na2SO4)
|
10
|
|
Magnesium sulfat (MgSO4)
|
13-17
|
|
Sodium (Na)
|
Sodium bicarbonat dan
sodium sesqulcarbonat
|
Na=27 dan Na= 27-30
|
Klor (Cl)
|
Garam
|
Na=39, Cl=60
|
Sodium sulfat
|
Na= 14
|
|
Potasium chloride
|
Cl=47
|
|
Sodium fosfat
|
Na= 16
|
|
Zat Besi (Fe)
|
Ferrous carbonate (FeCO3)
|
40
|
Ferrous sulfat (Fe SO4.H2O
atau FeSO4.7H2O)
|
23-30
|
|
Seng (Zn)
|
Zinc oxide (Zn O) dan Zinc
sulfat (ZnSO4.H2O)
|
72 dan 36
|
Iodium (I)
|
Calsium Iodate (Ca IO3)
|
64
|
EDDI (Etthylenediamine
Dihydroiodidae)
|
79
|
|
Potasium Iodate (KI)
|
69
|
|
Mangan (Mn)
|
Mangane oxide (MnO)
|
60
|
Manganese sulfat (Mn
SO4.H2O)
|
28,5
|
|
Lanjutan Tabel 2. Bahan Mineral Makro dan Mikro
|
||
Mineral
|
Sumber
|
Kadar (%)
|
Kobalt (Co)
|
Cobalt carbonate (CoCO3)
|
46
|
Cobalt sulfat (CoSO4.H2O
atau CoSO4.7H2O)
|
21-33
|
|
Selenium (Se)
|
Sodium selenite (Na2 Se
O3) dan sodium selenite
|
45 dan 40
|
Cupprum (Cu)
|
Cupric oxide (CuO)
|
75
|
Copper sulfat (CuSO4.5H2O)
|
25
|
|
Copper carbonat (Cu CO3)
|
55
|
|
Bahan baku utana
dalam pakan hanya mengandung sedikit mineral sehingga perlu ada tembahan dan
konsentrasi mineralnya cukup tinggi. Bahan baku mikro yang bisa digunakan
sebagai sumber mineral dalam pakan ikan dan udang adalah sebgagai berikut :
CaCO3 (38 %), kulit kerang (38 %), kalsium sulfat hidrat (21 %), kalsium sulfat
anhidrat (26,5 %), tepung tulang (23 %), monokalsium fosfat (15 % - 18 %),
dikalsium fosfat (19 % - 22 %) dan deflourinated (30 % - 32 %) (Sukarman dan
Lili, 2011).
Sumber-sumber
fosfor untuk pakan ikan antara lain: asam fosforik (23,7 %), deflourinated
fosfat (18 %), dikalsium fosfat (18,5 % fosfor total dan 65 fosfor tersedia),
monokalsium fosfat (21 % fosfor total dan 94 % fosfor tersedia), monosodium
fosfat (26 %), monoamonium fosfat (24 %), amonium polifosfat (14,8 % - 16 %)
dan tepung tulang (8-14 %) (Sukarman dan Lili, 2011).
Umumnya monokalsium fosfat dan dikalsium fosfat sering
digunakan dalam pakan untuk menutupi kekuranganunsur P dari tepung ikan. Tepung
ikan sendiri mengandung 2 % – 7 % fosfor total. Umumnya CaCO3 mengandung Mg
sekitar 0,2 % - 0,9 % dan kadar air 0,5 %. Mono atau dikalsium fosfat berbentuk
granul 95 % berwarna abu-abu dengan berat jenis antara 560-590 kg/m3 (Sukarman
dan Lili, 2011).
Kelebihan Mineral
dan Efeknya
Semakin
banyak jumlah kalsium yang mampu diserap oleh tubuh maka jumlah osteoblast
pembentuk tulang akan bertambah sehingga dapat meningkatkan proses pembentukan
tulang. Menurut Boyd (2000) dalam Aslianti
dan Agus (2009) mengatakan bahwa ikan-ikan laut walaupun dapat menyerap
kalsium dari air laut tempat ia hidup, tetapi kebutuhan terhadap kalsium untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya jauh lebih tinggi dari pada jenis jenis
ikan air tawar.
1.
Seng
Konsentrasi seng yang
tinggi telah diketahui dapat terakumulasi di beberapa jaringan tubuh. Ogino dan
Yang (1978) menyatakan bahwa usus dan mata pada ikan Salmo gairdneri lebih
banyak mengakumulasi seng dibanding organ lainnya. Sedangkan menurut Eid dan
Ghonim (1994), konsentrasi seng di tulang ikan Oreochromis niloticus meningkat
seiring dengan peningkatan seng dalam makanannya. Tingkat seng dalam makanan
juga dapat mempengaruhi kecernaan protein (Ogino dan Yang, 1978) dan ada suatu
interaksi antara seng dengan unsur mineral lainnya (Satoh et al., 1983;
Miyahara et al., 1986). Namun demikian, ada kecenderungan dengan menambah seng anorganik 25 mg
per kg makanan dapat meningkatkan kecernaan protein dan kecernaan total, serta
indeks organ dan sebaliknya apabila pemberian seng ditingkatkan lagi sampai 200
mg per kg makanan maka akan terjadi penurunan. Pengaruh penambahan seng dalam
makanan terhadap kecernaan, khususnya protein telah diungkapkan oleh peneliti lain
(Ogino dan Yang 1978; 1979) dalam Setiawan
et al (2007).
Kelebihan Ca akibat
defisiensi Zn dapat menurunkan protein yang mengandung seng dalam bentuk
metalotionin di hati (Miyahara et al., 1986). Oleh karena itu penambahan
unsur seng sampai batas tertentu dalam makanan perlu diperhatikan agar dapat
memberikan keseimbangan dan daya homeostasis di dalam tubuh sehingga proses
metabolisme berjalan lancer dalam Setiawan
et al (2007).
Kekurangan
Mineral dan Efeknya
Kekurangan
magnesium menyebabkan nafsu makan hilang, pertumbuhan menurun, ‘suka tidur’
(letargia), bentuk tulang belakang tidalnormal, degenerasi sel, dan kejang.
Sodium (Na), potasium (K), dan klorin (Cl) adalah elektrolit. Sodium dan klorin
terdapat dalam cairan diluar sel. Potasium terdapat di dalam sel, yang
merupakan kation intraseluler. Melimpahnya elemen-elemen tersebut di lingkungan,
merupakan tanda
- tanda kekurangan sulit dihasilkan.
Kekurangan yodium mengakibatkan kelenjar tiroid
tumbuh, suatu kondisi seperti gondok atau gondong (goiter). Tumor ini dapat
berkembang pada kerongkongan ikan. Pada ikan berukuran besar tumor ini dapat
tumbuh dan terlihat dari sela insang. Operasi pada ikan untuk mengangkat tumor
ini hanya bersifat penyembuhan sementara, dalam jangka waktu tertentu dapat
tumbuh kembali. Pemberian zat iodine ikan secara berkala dan rutin sehingga
dapat menyusutkan ukuran tumor dan menyembuhkannya. Kekurangan
besi mengakibatkan kekurangan darah (anemia). Besi pada kandungan yang tinggi
dapat menjadi racun dan menurunkan pertumbuhan, diare, kerusakan hati, dan
kematian.
Kekurangn mangan mengakibatkan pertumbuhan menurun dan tulang kerangka yang
tidak normal; dapat menyebabkan penurunan nafsu makan pertumbuhan menjadi
lambat dan aktivitas ikan berkurang; kandungan Ca dan Mg dalam tubuh dan
vertebrae akan berkurang; abnormal pada tulang atau organ tubuh ian dan udang. Kekurangan selenium mengakibatkan
pertumbuhan menurun. Selenium diperlukan untuk mencegah penyakit otot pada
beberapa spesies, apabila selenium dalam pakan melebihi 13 hingga 15 mg per kg
pakan kering, selenium menjadi racun, yang menghasilkan pertumbuhan menurun,
efisiensi pakan yang rendah, dan kematian. Kekurangan
seng mengakibatkan pertumbuhan tertahan, katarak, ekor dan kulit geripis, kerdil
atau kuntet, dan kematian; dapat meningkatkan mortalitas, serta erosi
pada sirip dan kulit; pertumbuhan menurun, nafsu makan rendah dan menurunkan
tingkat serum alkaline phosphatase.
Kekurangan
fosfor pada pakan ikan dapat mengakibatkan pertumbuhan terhambat dan proses
pertumbuhan tulang terganggu Zonneveld (1991) dalam Kardana et al (2012).
Perturmbuhan menjadi lambat dan penurunana efisiensi pakan; menyebabkan tulang
belakang bengkok; hambatan mineralisasi pada tulang; peningkatan aktivitas
enzim gluconeogenic di hati dan lemak; penurunan level phospat pada darah dan
kandungan glikogen di hati; meningkatkan aktivitas serum alkaline
phosphatase peningkatan deposisi lipid di otot, hati dan vertebrae.
Jenis dan Dosis Mineral
Jenis mineral
Berdasarkan
kebutuhannya, mineral dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu mineral esensial
dan mineral non esensial. Mineral esensial harus selalu tersedia di dalam tubuh
ikan dan harus disuplai dari pakan karena tubuh ikan tidak mampu memproduksi
mineral ini. Mineral nonessensial yaitu mineral yang sebaiknya tersedia di dalam
tubuh ikan. Berdasarkan jumlah kebutuhannya,
mineral dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu makromineral dan mikromineral.
Makromineral yaitu mineral yang dibutuhkan oleh tubuh ikan dalam jumlah relatif
besar (lebih dari 100 mg/kg pakan kering), seperti kalsium, fosfor, belerang,
natrium, klorida, magnesium, dan kalium. Sebaliknya, mikromineral adalah
mineral yang dibutuhkan oleh tubuh ikan dalam jumlah relatif kecil (kurang dari
100 mg/kg pakan kering), yaitu kobalt, selenium, tembaga, seng, mangan, krom,
fluor, iodium, besi, dan molibden. Mikromineral sering pula disebut sebagai trace
mineral.
Dosis pemberian mineral
Ikan juga
memerlukan mineral tertentu, mineral dibutuhkan ikan melalui pakan bukan
melalui air. Karena mineral yang ditambahkan didalam air dapat berpengaruh sebagai
racun. Ikan juga membutuhkan trace elemen misalnya iodine, tembaga, cobalt,
mangan, aluminium, dan molybdenum dalam Kementerian nkelautan dan perikanan. Kebutuhan ikan pada mineral
dipengaruhi oleh ukuran, umur, laju pertumbuhan, stress lingkungan, dan hubungan
antar nutrien. Kebutuhan mineral bagi ikan sangat tergantung pada
konsentrasi perairan. Ikan laut juga mengeluarkan CO2 dan NH3
dari proses katabolisme melalui insang. Karena itu kandungan mineral dalam
pakan untuk ikan laut perlu di pertimbangkan.
Tabel 3. Kebutuhan Mineral untuk Ikan Laut
Mineral
|
Kebutuhan
|
Kalsium
|
5 gram/kg
pakan
|
Phosphor
|
7 gram/kg
pakan
|
Magnesium
|
500 mg/kg
pakan
|
Sodium
|
1-3 g/kg pakan
|
Potasium
|
1-3 g/kg pakan
|
Sulphur
|
3-5g/kg pakan
|
Klorin
|
1-5 g/kg pakan
|
Besi
|
0,15 – 0,17
gram/kg pakan
|
Mangan
|
20 – 50 mg/kg
pakan
|
Lanjutan Tabel 3.
Kebutuhan Mineral untuk Ikan Laut
|
|
Mineral
|
Kebutuhan
|
Kobalt
|
5-10 mg/kg
pakan
|
Seng
|
30-100 mg/kg pakan
|
Iodine
|
100-300 mg/kg
pakan
|
Copper
|
1-4 g/kg pakan
|
Tabel
4. Jumlah Mineral Aktif yang
Seharusnya Terkandung dalam 1 Kg Pakan Basah (40% Material Kering) untuk Ikan Kerapu
Trace
mineral
|
Bentuk
|
Jumlah
(mg/kg pakan)
|
Kobalt
|
CoCl2
|
CoCl2
|
Tembaga
|
CuSO4
|
CuSO4
|
Besi
|
FeSO4
|
FeSO4
|
Mangan
|
MnSO4
|
MnSO4
|
Selenium
|
NaSeO3
|
NaSeO3
|
Seng
|
ZnSO4
|
ZnSO4
|
Sumber: Sim et al (2005)
Perairan yang kandungan Ca rendah, pH rendah
dan kandungan aluminiumnya tinggi tidak akan dihuni oleh ikan. Kandungan Ca
dalam pakan ikan sangat sulit untuk diterapkan secara pasti. Sebagai contoh,
pada ikan rainbowtrout dengan bobot awal 1,2 g, antara ikan yang diberi
Ca 0,3 gr/kg dengan 3,4 gram/kg ternyata tidak menunjukkan adanya perbedaan
dalam pertumbuhannya yang dipelihara pada perairan dengan kandungan Ca 20-30 mg
/L Ogino, et al.,1978). Menurut Rumsey
(1977) menyatakan bahwa kebutuhan Ca untuk ikan rainbowtrout pada
perairan dengan kalsium rendah (3 mg Ca/L) sama saja dengan yang dipelihara
pada kandungan kalsium tinggi (45 mg/L) yaitu sebesar 2 g/kg dalam pakannya. Menurut
Arai, et al (1975) pemberian kalsium sebanyak 2,4 g/kg merupakan kebutuhan minimal
yang harus dipertimbangkan, pemberian kalsium sebanyak 11,5 – 14 g/kg akan
berakibat buruk terhadap laju pertumbuhan.
Magnesium pada ikan trout telah diteliti oleh Cowey et al (1977) menyatakan bahwa
pertambahan bobot dan penggunaan pakan ikan yang diberi pakan dengan kandungan
Mg sebesar 26 – 63 mg/kg. Perbaikan kandungan Mg dalam pakan akan berdampak
terhadap peningkatan Mg dalam serum. Menurut Handajani (2010) dalan Kardana et al (2012) yang menyatakan
bahwa pada umumnya ikan membutuhkan phosphor dalam tubuhnya sebesar 0,29% -
0,8%. Namun bila kebutuhan phospohor tidak terpenuhi atau mencukupi makan
pertumbuhan panjang pada ikan akan terhambat.
Peningkatan kadar seng di
tulang sebagai akibat penambahan seng dalam makanan relatif lebih tinggi pada
pemberian 25-100 mg Zn/kg makanan. Gatlin dan Wilson (1988) menyatakan selain
di tulang, seng yang terakumulasi di serum juga dapat dijadikan indikator
status seng dalam tubuh. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kadar seng
dalam serum darah, sebagai akibat penambahan seng dalam makanan tertinggi
dicapai pada pemberian 25 mg Zn/kg makanan dalam
Setiawan et al (2007).
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah,
E.N. 2012. Perubahan Kandungan Mineral Dan Vitamin A Ikan Cobia (Rachycentron
Canadum) Akibat Proses Pengukusan.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Aslianti, Titiek
dan Agus Priyono. 2009. Peningkatan Vitalitas dan
Kelangsungan Hidup Benih Kerapu Lumpur (Epinephelus coioides) Melalui
Pakan Yang Diperkaya Dengan Vitamin C dan Kalsium. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan
Perikanan ) : 19(1).
Gufran M.H. dan kordi.K. 2010.
Panduan Lengkap Budidaya Air Tawar Dikolam Terpal. Lily publisher. Yogyakarta
Kardana, Dadan. Kiki Haetami dan Ujang Subhan.
2012. Efektifitas Penambahan Tepung Manggot Dalam Pakan Komersil Terhadap
Pertumbuhan Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma
macropomum). Jurnal Perikanan dan Kelautan : 3(4).
Kementerian Kelautan
dan Perikanan. 2011. Stasiun Karantina Ikan Kelas I Hang Nadim Batam. Badan
Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.
Martuti, Nana K. T. 2012.
Kandungan Logam Berat Cu dalam Ikan Bandeng, Studi Kasus di Tambak Wilayah
Tapak Semarang. Hlm 88-94.
Setiawati. N. R.
Azwar. I. Mokoginta dan R Affandi. 2007. Kebutuhan Mineral Seng (Zn) Untuk
Benih Ikan Gurame (Osphronemus
gouramy, Lac.).
Jurnal Akuakultur Indonesia : 6(2).
Sim, Sih-Yang. Mike Rimmer. Kevin Williams. Joebert.
Toledo. Ketut Sugama. Inneke Rumengan and Michael J. Phillips. 2005. Pedoman Praktis Pemberian
dan Pengelolaan Pakan untuk Ikan Kerapu yang di Budidaya. Australian Centre for
International Agricultural Research.
Subandiyono. 2009.
Bahan Ajar Nutrisi Ikan Karbohidrat, Mikro-Nutrien, Non - Nutrien dan Anti –
Nutrien. Program Studi Budidaya Perairan. Fpik. Undip
Sukarman dan L. Sholichah.
2011. Status Mineral dalam Pakan Ikan dan Udang. Prosiding Forum Inovasi
Teknologi Akuakultur. Balai Riset Budidaya Ikan Hias. Hal 985-990.
Susanto, E., A. S. Fahmi. 2012. Senyawa Fungsional dari Ikan: Aplikasinya dalam Pangan.
J. Aplikasi Teknologi Pangan; 1(4).


0 komentar:
Posting Komentar