Vitamin adalah senyawa organik yang dibutuhkan oleh
ikan agar pertumbuhan dan kesehatan ikan dalam keadaan baik. Vitamin berfungsi
sebagai katalisator dalam proses-proses biokimia yang berlangsung di dalam
tubuh organisme dan berfungsi sebagai koenzim di dalam sistem biologis.
Kaitannya dengan makanan ikan, yang paling umum menimbulkan gejala kekurangan
adalah vitamin B1 (tiamin). Makanan basah yang mengandung bahan baku hewani
perairan harus segera diumpankan setelah selelsai dibuat karena vitamin B1
dapat di non-aktifkan oleh enzim tiaminase yang terdapat dalam bahan bakunya
tadi. Kadar tiaminase dalam daging ikan air tawar lebih tinggi dibandingkan ikan
laut. Enzim tiaminase terdapat juga di bahan lain, seperti bekatul dan
kacang-kacangan. Enzim tiaminase akan hilang jika bahan bakunya telah
dipanaskan (Mudjiman, 2004).
Ikan dapat
tumbuh optimal jika memperoleh makanan dalam jumlah yang cukup dan gizi seimbang,
dengan kata lain ikan membutuhkan makanan yang lengkap dalam jumlah yang cukup.
Budidaya perikanan saat ini terjadi kecenderungan bahwa semakin besar
perusahaan maka perusahaan tersebut akan dikelola semakin intensif.
Artinya,lahan yang kapasitas volumenya sama, padat penebarannya semakin
bertambah banyak agar hasil produksinya meningkat. Pengelolaan pada tingkat
penebaran tinggi dilakukan dengan biaya produksi yang rendah sehingga untuk
mencapai hal tersebut, ikan harus diberi makanan, terutama pakan buatan. Jumlah
ransum dan komposisi gizi yang dibutuhkan oleh seekor ikan berbeda-beda dan
selalu berubah. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh jenis ikan, umur ikan, dan
ketersediaan makanan alami di dalam tempat pemeliharaannya. Salah satu
kandungan komposisi yang dibutuhkan kultivan yaitu vitamin. (Mudjiman, 2004).
Vitamin harus
selalu didapatkan melalui pakan sebab tubuh ikan tidak mampu membuatnya.
Ikan akan mengandalkan pakan alami hampir tidak pernah kekurangan vitamin.
Namun, apabila ikan dibudidayakan secara intensif dikolam, saluran, dan
karamba, dimana pakan alami yang tersedia sudah tidak mampu memenuhi kebuthan
ikan, penambahan vitamin sangat diperlukan. Kandungan vitamin didalam pakan
buatan tergantung dari bahan baku yang digunakan dan bahan yang ditambahkan.
Jumlah vitamin dapat berkurang atau rusak selama proses pembuatan dan
penyimpanan pakan buatan. Oleh karena itu, perlu selalu dilakukan penambahan
vitamin. Tampak jelas bahwa fungsi vitamin mudah terganggu sehingga lebih baik
segera digunakan. Jika terpaksa disimpan, sebaiknya vitamin diletakkan di
tempat kering dan dingin, serta terhindar dari pengaruh cahaya matahari maupun
cahaya lampu yang terang (Afrianto dan Evi, 2005).
Fungsi Vitamin
Vitamin adalah
senyawa organik yang esensial bagi pertumbuhan, walaupun dalam jumlah yang
relatif kecil. Vitamin berperan sangat penting untuk menjaga agar proses-proses
yang terjadi di dalam tubuh ikan tetap berlangsung dengan baik. Oleh karena itu
vitamin harus selalu didatangkan melalui pakan sebab tubuh ikan tidak mampu
membuatnya. Vitamin merupakan senyawa oragnik
yang penting bagi kehidupan ikan dan karang. Vitamin digunakan sebagai pemacu
proses-proses didalam tubuh. Walaupun jumlah yang dibutuhkan sedikit, namun
tetap harus tersedia. (Kuncoro,2004). Kandungan vitamin di dalam pakan buatan tergantung
dari bahan baku yang digunakan dan bahan yang ditambahkan. Penambahan vitamin
ke dalam pakan buatan umumnya dilakukan dengan menggunakan vitamin-mix (premix). Kebutuhan ikan akan vitamin dipengaruhi
oleh ukuran, umur, laju pertumbuhan, stress lingkungan, dan hubungan antar
nutrien. Kegunaan atau fungsi vitamin dalam tubuh ikan
sangat bermacam-macam (secara umum) anatara
lain :
a.
Vitamin sebagai Koenzim
Hampir semua vitamin, terutama
vitamin yang larut dalam air mempunyai aktifitas katalitis (catalytically active), untuk mempercepat
suatu reaksi. Oleh karenanya, vitamin mempunyai fungsi sebagai koenzim. Vitamin
B-komplek selalu berhubungan dengan fungsinya untuk mentransfer energi. Dalam
hal ini, vitamin selalu terlebih dahulu diubah menjadi molekul-molekul yang
lebih komplek yang disebut koenzim. Koenzim adalah suatu sistem yang disebut
juga sebagai holoenzim dan terdiri atas apoenzim yang terdiri atas protein dan
kofaktor yang terdiri atas ion-ion inorganik dan atau koenzim. Tidak semua koenzim
mempunyai kedua tipe ini (apoenzim dan kofaktor). Ada tiga jenis koenzim atau
grup prostetik, yaitu asam adenilat (adenylic acid) atau satu komponen dari
turunan-turunan komponen-komponen yang mengandung fosfor, komplek metalik dari
porphyrin, dan turunan-turunan vitamin-vitamin B-komplek.
b.
Membantu protein dalam
memperbaiki dan membentuk sel baru.
c.
Mempertahankan fungsi berbagai
jaringan tubuh sebagaimana mestinya.
d.
Turut berperan dalam
pembentukan senyawa-senyawa tertentu didalam tubuh.
Fungsi vitamin secara spesifik, antara lain :
a. Vitamin
B
Vitamin
B1, B6, dan B12 antara lain : untuk menunjang pertumbuhan, merangsang nafsu
makan. Vitamin B2 antara lain : untuk pertumbuhan, pertukaran zat-zat makanan
(karbohidrat, lemak, protein) dari sel-sel dalam tubuh, proses reproduksi
b. Vitamin
A
Vitamin Vitamin A berperan penting
dalam regulasi genetik, pertumbuhan serta perkembangan normal, dan kekebalan tubuh. Selain itu vitamin A juga
penting dalam reproduksi, kesehatan kulit, kekebalan tubuh, dan pembuatan sel
darah merah. Beta karoten selain
sebagai sumber vitamin A juga beraksi sebagai anti oksidan yang meningkatkan
fungsi kekebalan tubuh, memperbaiki kondisi hewan percobaan yang terkena
kanker, dan melindungi dari radikal bebas dalam LDL (low density lipoprotein), HLD (high
density lipoprotein), dan membran sel.
c. Vitamin C
Vitamin C juga
sangat berperan di dalam pembentukan kekebalan tubuh dalam Kementerian Kelautan dan perikanan (2011). Vitamin C mempunyai peran dalam reaksi
hidroksilasi prolin ke bentuk lisin yang merupakan senyawa penting dalam
pembentukan kolagen dan perkembangan tulang muda (cartilage). Terhambatnya
pembentukan kolagen akan menyebabkan jaringan pelekat melemah dan menyebabkan
terjadinya pertumbuhan tulang yang tidak sempurna (Horning et al. 1984) dalam Aslianti dan Agus (2009).
Menurut Horning et al.
(1984) dalam Aslianti dan Agus
(2009), yang menyatakan bahwa vitamin C berperan penting dalam
biosintesis kartinin dalam jaringan tubuh ikan karena kartinin memegang peran
dalam transfer asam lemak ke dalam mitochondria dan selanjutnya asam lemak
dioksidasi untuk menghasilkan energi. Menurut Kosutarak et al. (1995) dalam Aslianti dan Agus (2009), menyatakan bahwa
vitamin C dapat meningkatkan absorbsi zat besi dari usus, padahal diketahui
bahwa zat besi sangat berperan dalam peredaran oksigen dalam tubuh. Menurut Halver et al. (1969) dalam Aslianti dan Agus (2009), vitamin C sangat berperan dalam
sintesis kolagen. Vitamin C merupakan senyawa organik yang berperan penting
dalam proses metabolisme makanan dan fisiologi ikan. Sebagai katalisator
terjadinya metabolisme di dalam tubuh.
d. Vitamin D
Vitamin D
untuk menunjang proses metabolisme dari mineral (terutama kalsium dan fosfor).
e.
Vitamin E
Vitamin E
yang berpengaruh terhadap pergerakan ikan, untuk menunjang proses reproduksi. Vitamin E berfungsi
sebagai pemelihara keseimbangan intraselluler
dan sebagai antioksidan. Sebagai antioksidan,
vitamin E dapat melindungi lemak supaya
tidak teroksidasi, misalnya lemak
atau asam lemak yang
terdapat pada membran sel, sehingga
proses embryogenesis berjalan dengan
normal dan hasil
reproduksi dapat
ditingkatkan. Kebutuhan vitamin E untuk reproduksi berbeda untuk setiap
spesies ikan. Vitamin E dan asam
lemak esensial dibutuhkan secara bersamaan
untuk pematangan gonad
ikan. Makin tinggi kadar vitamin
E dalam pakan induk akan
diikuti pula dengan makin tingginya
kandungan vitamin E
di telur. Selanjutnya, peningkatan kadar
vitamin E dalam telur
akan diikuti pula oleh
peningkatan kandungan lemak dalam telur. Kekurangan vitamin E
dalam pakan dapat
menyebabkan kandungan lemak di
hati dan otot berkurang, sedangkan lemak
berfungsi untuk menghasilkan
asam lemak.
f.
Vitamin premix
Vitamin
premix merupakan campuran vitamin-vitamin yang diperlukan oleh ikan (Vit.A,
Vit.D, Vit.E, Vit.K, Vit.B1, Vit.B2, Vit.B12, Vit.C, ...). Penambahan vitamin
premix dalam fishmeal (pakan ikan rucah) berfungsi untuk meningkatkan
pertumbuhan ikan dan menurunkan konversi pakan (FCR).
Bahan Penyusun Vitamin
Vitamin yang
larut dalam lemak dapat dibuat secara kimiawi atau diekstrak dari sumber-sumber
alaminya. Misalnya, vitamin D banyak terdapat dalam hati ikan atau minyak ikan,
seperti juga vitamin A. Vitamin B kompleks diperoleh dari hasil fermrntasi
berbagai produk pertanian.
Tabel 1.
Sumber Vitamin
Jenis Vitamin
|
Sumber
|
Tiamin
|
Kedelai,
kulit ari biji-bijian, ragi kering, dan daging segar.
|
Riboflavin
|
Daging
segar, biji-bijian, dan protein minyak biji-bijian.
|
Piridoksin
|
Biji-bijian
dan limbahnya, ragi, dan daging segar.
|
Asam
pantotenat
|
Kulit
ari, ragi, jaringan daging, dan daging ikan.
|
Niasin
|
Ragi,
kacang-kacangan, dan daging.
|
Asam
folat
|
Ragi,
daging ikan, dan jaringan glandular (hati dan ginjal)
|
Vitamin
B-12
|
Daging
dan limbah ternak lainnya serta tepung ikan.
|
Asam
askorbat
|
Hati
dan ginjal sapi serta ikan segar.
|
Biotin
|
Tepung
ikan, tepung kacang, tepung kedelai, susu, dan ragi.
|
Inositol
|
Terdapat
dalam jumlah banyak dalam pakan ikan.
|
Kolin
|
Benih
gandum, kedelai, tepung sayuran, jantung, dan hati.
|
Vitamin
A
|
Minyak
ikan dan tepung ikan
|
Vitamin
D
|
Minyak
ikan
|
Vitamin
E
|
Benih
gandum, kedelai, dan jagung
|
Vitamin
K
|
Daun
alfalafa. Kedelai, dan hati hewan ternak
|
Sumber: Modifikasi dari
Watanabe, 1988
Keterangan : kolin dan
inositol bukan vitamin dalam arti yang sebenarnya tetapi, meripakan sentawa
kimia yang memiliki sifat seperti vitamin.
Kelebihan
Pemberian Vitamin dan Efeknya
Meningkatnya kandungan
vitamin C dalam tubuh karena adanya kandungan vitamin C dalam pakan akan
cenderung meningkatkan daya tahan ikan terhadap stress (Suwirya, et al.
1999). Pemberian vitamin C yang berlebih pada ikan juga dapat menjadikan
defisiensi vitamin B12 karena vitamin C dapat mengubah sebagian vitamin B12
menjadi analognya, salah satu analognya adalah antivitamin B12, padahal vitamin
B12 ini diperlukan dalam meningkatkan kadar hemoglobin (Purwani & Hadi,
2002) dalam Siregar dan Adelina
(2008).
Kebutuhan
akan vitamin E dapat bertambah seiring
dengan pertambahan jumlah asam lemak dalam pakan. Semakin tinggi kandungan asam lemak,
kebutuhan akan vitamin E juga semakin
tinggi (Watanabe et al., 1991 dalam Mustika, 2005).
Vitamin E terdapat dalam empat bentuk, alfa, beta, gamma dan delta tokoferol
yang merupakan antioksidan yang paling utama dalam lemak dan minyak yang dapat
mencegah ketengikan (Budiyanto, 2002 dalam Mustika, 2005). Fungsi
vitamin E sebagai antioksidan inter dan intra-seluler untuk mempertahankan
homeostasis dari proses metabolis yang labil dxalam sel dan plasma jaringan
telah diketahui dengan baik (Izquierdo, 2001 dalam Mustika, 2005).
Penambahan vitamin E telah menjadi nutrien penting untuk proses reproduksi ikan. Kekurangan vitamin ini
diperlihatkan dari gonad yang lama
berkembang menuju ke arah matang gonad pada ikan serta mengurangi nilai derajat penetasan tingkat
ketahanan hidup dari anak-anak ikan.
Kekurangan Pemberian Vitamin dan Efeknya
Kekurangan Pemberian Vitamin dan Efeknya
Kekurangan vitamin pada ikan juga mengakibatkan kelainan –kelainan pada
tubuh ikan baik kelainan bentuk tubuh maupun kelainan fungsi faal (fisiologi) dalam Kementerian
kelautan dan perikanan.
Defisiensi (kekurangan) vitamin secara umum, antara lain
:
1.
Ketidaknormalan dalam morfologis maupun fisiologis
ikan.
2.
Penurunan aktivitas enzim.
3.
Gangguan fungsi sel, kerusakan sel.
4.
Penurunan nafsu makan ikan.
5.
Pertumbuhan abnormal (skoliosis, lordosis).
6.
Laju pertumbuhan menurun.
7.
Kematian (defisiensi vitamin secara kronis /
berkelanjutan).
Vitamin A
Vitamin A
Kekurangan
vitamin A akan mengakibatkan pertumbuhan yang lambat pada ikan, kornea mata
menjadi lunak, mata menonjol dan mengakibatkan kebutaan serta pendarahan pada
kulit dan ginjal ikan dalam Kementerian Kelautan dan Peikanan (2011). Kekurangan vitamin A tahap
awal menyebabkan reaksi yang lambat terhadap sinar diikuti dengan
buta senja, keratomalasia (luka pada kornea) dan kebutaan. Kekurangan vitamin A ditandai dengan adanya
kseroftalmia (Tanumihardjo, 2004) dan rabun senja (Underwood, 2004). Penelitian
lebih lanjut menunjukkan vitamin A berperanan penting dalam regulasi genetik,
pertumbuhan serta perkembangan normal (Blomhoff & Blomhoff, 2006), dan
kekebalan tubuh (Montrone et al., 2009) dalam Mainassy et al (2011).
Vitamin B
Menurut Rahmiati (2004) menyatakan bahwa Vitamin B2 (riboflavin) mempunyai dua komponen flavoprotein koenzim yaitu Flavin mono nukleotida (FMN) dan Flavin adenine dinukleotida (FAD) yang berfungsi dalam metabolism. Riboflavin tersebut dalam pakan akan stabil. Tubuh organism apabila kekurangan vitamin B2 maka akan menyebabkan pertumbuhan terganggu atau tidak normal. Tanda-tanda kekurangan riboflavin, tubuh mengalami penurunan selera makan, pertumbuhan terganggu dan pendarahan pada epidermis, sehingga apabila ditambahkan pada pakan akan berpengaruh pada pertumbuhan. Defisiensi vitamin B12 berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak melalui perannya sebagai kofaktor dalam beberapa reaksi enzim. Salah satu peran vitamin B12 adalah dalam sintesis hemoglobin dan sel-sel darah merah melalui metabolisme lemak, protein dan asam folat.
Vitamin B
Menurut Rahmiati (2004) menyatakan bahwa Vitamin B2 (riboflavin) mempunyai dua komponen flavoprotein koenzim yaitu Flavin mono nukleotida (FMN) dan Flavin adenine dinukleotida (FAD) yang berfungsi dalam metabolism. Riboflavin tersebut dalam pakan akan stabil. Tubuh organism apabila kekurangan vitamin B2 maka akan menyebabkan pertumbuhan terganggu atau tidak normal. Tanda-tanda kekurangan riboflavin, tubuh mengalami penurunan selera makan, pertumbuhan terganggu dan pendarahan pada epidermis, sehingga apabila ditambahkan pada pakan akan berpengaruh pada pertumbuhan. Defisiensi vitamin B12 berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak melalui perannya sebagai kofaktor dalam beberapa reaksi enzim. Salah satu peran vitamin B12 adalah dalam sintesis hemoglobin dan sel-sel darah merah melalui metabolisme lemak, protein dan asam folat.
Kekurangan
vitamin B1 (thiamin) akan menyebabkan ikan menjadi lemah dan kehilangan nafsu
makan, timbulnya pendarahan atau penyumbatan pembuluh darah, abnormalitas
gerakan yaitu seperti kehilangan keseimbangan dan ikan akan berwarna pucat.
Kekurangan vitamin B2 (riboflavin) pada ikan akan mengakibatkan mata menjadi
keruh dan pendarahan pada okuler mata sehingga ikan lama kelamaan akan
mengalami kebutaan, ikan berwarna gelap, nafsu makan ikan hilang dan
pertumbuhan lambat serta terjadinya pendarahan pada kulit dan sirip ikan. Ikan yang mengalami
kekurangan vitamin B6 (pyridoxine) akan mengalami frekuensi pernafasan yang
meningkat, dan akan mengalami kekurangan darah lama kelamaan dalam Kementerian
kelautan dan perikanan.
Kekurangan Vitamin B1, akan
mengakibatkan:
1.
Ikan lemah, kekurangan nafsu makan.
2.
Timbulnya pendarahan atau penyumbatan pembuluh darah.
3.
Abnormalitas gerakan yaitu kehilangan keseimbangan.
4.
Ikan warna pucat.
Kekurangan Vitamin B2, akan
mengakibatkan:
1.
Mata ikan keruh, pendarahan pada mata, lama-lama dapat
mengakibatkan kebutaan.
2.
Nafsu makan hilang.
3.
Ikan warna gelap.
4.
Pertumbuhan lamban.
5.
Pendarahan timbul pada kulit dan sirip.
Kekurangan Vitamin B6, akan
mengakibatkan:
1.
Frekwensi pernafasan meningkat.
2.
Ikan kehilangan nafsu makan.
3.
Ikan mengalami kekurangan darah.
Vitamin C
Vitamin C
Kekurangan
vitamin dapat berakibat berbagai masalah kesehatan ikan, termasuk kelainan
tulang, kelesuan, mudah dijangkiti penyakit, dan peningkatan kematian dalam
budidaya ikan. Kekurangan
vitamin C dalam jaringan tubuh akan menyebabkan berkurangnya produksi energi
sehingga tubuh menjadi lemah dan pertumbuhan menjadi lambat, dapat
mengakibatkan peredaran oksigen terhambat sehingga proses pertumbuhan tidak
berjalan normal. Kekurangan vitamin C dapat
mengakibatkan peredaran oksigen terhambat sehingga proses pertumbuhan tidak
berjalan normal. Kekurangan vitamin C
menyebabkan sintesis kolagen tidak normal sehingga terjadi distorsi cartilage
seperti pada vilamen insang ikan coho dan rainbow trout, serta pertumbuhan yang
rendah pada ikan red sea bream (Yano, 1975), juga pada ikan kerapu Epinephelus
malabaricus (Phromkunthong et al. 1993 dalam Giri et al.
1999).
Selanjutnya dikatakan
bahwa kekurangan vitamin C pada ikan kerapu tikus, Cromileptes altivelis mengakibatkan
ikan tumbuh bengkok (lordosis dan scoliosis), lemah, hyperplasia pada insang
dan anemia dengan kandungan Hb, erytrosit, dan leukosit yang jauh lebih rendah
bila dibandingkan dengan ikan yang normal dalam Aslianti dan Agus (2009). Kekurangan
vitamin C dalam pakan akan menimbulkan berbagai gejala penyakit seperti
berenang tanpa arah, warna tubuh pucat dan pendarahan pada permukaan tubuh
(terutama di sekitar mulut, sirip dada dan perut), anemia (berhubungan dengan
metabolisme Fe) dan peningkatan mortalitas (Kato et al., 1994) dalam Siregar dan Adelina (2008). Kekurangan vitamin C pada ikan kerapu bebek
menampakkan gejala pembengkokan tulang, insang terbuka, menurunnya kandungan
hemoglobin darah, rentan terhadap penyakit dan aktivitas ikan menurun (Giri et
al., 1999) dalam Siregar dan
Adelina (2008). Kekurangan vitamin C dalam
pakan akan menyebabkan gangguan dan penyakit, salah satunya penyakit anemia.
Anemia pada ikan disebabkan oleh kurangnya sel darah merah dan hemoglobin dalam
darah sehingga darah tidak mampu mengangkut asupan makanan ataupun oksigen yang
diperlukan oleh tubuh. Gejala yang sering timbul akibat anemia adalah kurangnya
nafsu makan pada ikan, warna tubuh pucat, terdapat bercak luka serta ikan tidak
bergerak secara aktif dalam Siregar
dan Adelina (2008).
Kekurangan vitamin C dalam
pakan ikan menyebabkan menurunnya nafsu makan ikan dan hilangnya keseimbangan,
bahkan tingkat mortalitas ikan semakin meningkat apabila pakannya tidak diberi
vitamin C dalam Siregar dan Adelina
(2008). Vitamin C juga sangat berperan di dalam pembentukan
kekebalan tubuh oleh karena itu kekurangan vitamin C yang berlangsung dalam
periode lama akan mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh ikan dan
menunjukkan gejala seperti ikan berwarna lebih gelap, terjadi pendarahan pada
kulit, hati, dan ginjal. Selain itu kekurangan vitamin C akan menyebabkan
terjadinya kelainan pada tulang belakang yaitu bengkok arah samping (scoliosis)
dan bengkok arah atas dan bawah (lordosis), untuk menanggulangi kekurangan vitamin pada ikan maka kita
harus melengkapi dan menambahkan beberapa vitamin pada pakan ikan dalam Kementerian kelautan ndan perikanan.
Vitamin D
Vitamin D
Menurut Susanto dan Fahmi (tth) menyatakan bahwa kekurangan akan vitamin
D berdampak pada ostephotosis, kelemahan jaringan, dan penurunan sistem
kekebalan tubuh. Kekurangan vitamin D akan menyebabkan tulang menjadi tidak
keras.
Vitamin E
Vitamin E
Menurut Arfah et al (2013)
menyatakan bahwa upaya untuk meningkatkan mutu dan jumlah produksi ikan dapat
dilakukan melalui perbaikan nutrisi pada pakan induk. Perbaikan nutrisi pakan
pada induk ikan akan berpengaruh positif tidak hanya pada kualitas telur dan
sperma, tetapi juga terhadap mutu dan jumlah benih yang dihasilkan. Salah satu
cara yang dilakukan untuk perbaikan nutrisi pada pakan induk yaitu melalui suplementasi vitamin E.
Kekurangan vitamin E dapat mempengaruhi penampilan reproduksi, penyebab tidak
matang gonad, rendahnya derajat tetas telur, dan kelangsungan hidup benih. Kekurangan vitamin E (á-tocopherol)
pada hewan dapat menyebabkan lemah otot, pertumbuhan terhambat, degenerasi
embrio, tingkat penetasan telur yang rendah, degenerasi dan pelepasan sel
epitel germinatif dari testis dan terjadinya kemandulan, menurunkan produksi
prostaglandin oleh mikrosom dari testis, otot dan limpa, menurunkan
permeabilitas sel, memacu kematian dan kerusakan syaraf (Lehninger, 1982 dalam
Mustika, 2005)
Jenis dan Dosis Vitamin
Jenis vitamin
Vitamin
merupakan komponen organik yang dibutuhkan oleh organisme hidup termasuk udang
dan ikan dalam jumlah yang sedikit namun sangat penting untuk memelihara proses
kehidupan, seperi reaksi-reaksi metabolik dalam sel, pertumbuhan tubuh yang
normal, dan untuk pemeliharaan kesehatan. Terdapat 15 vitamin yang secara
positif diidentifikasi berpengaruh pada pertumbuhan udang dan ikan.
Vitamin-vitamin tersebut adalah vitamin yang larut dalam lemak, meliputi
vitamin A, D, E, dan K serta vitamin yang larut dalam air yang meliputi vitamin
B-kompleks dan makro vitamin lainnya seperti cholin, asam askorbik dan
inositol. Kedua kelompok vitamin ini memiliki metabolisme yang berbeda-beda.
Dalam jumlah yang sedikit, vitamin tidak digunakan secara habis dalam satu
reaksi biokimia, namun dari satu molekul akan digunakan berulangulang. Secara
bertahap vitamin mengalami degradasi dan memerlukan penggantian dengan molekul
vitamin yang baru. Vitamin sering juga disebut faktor pelengkap makanan, karena
vitamin pada kenyataannya tidak mensuplai kalori dan juga tidak
mempengaruhimassa tubuh secara nyata. Tubuh tidak mapu mensintesis vitamin.
Oleh karena itu, vitamin harus disuplai dari maknan atau merupakan makanan
tambahan.
Vitamin
dikelompokkan berdasarkan atas kelarutannya (larut dalam air dan larut dalam
lemak). Jumlah vitamin yang larut dalam air lebih banyak dibandingkan vitamin
yang larut dalam lemak. Perbedaan vitamin yang larut dalam air dan yang larut
dalam lemak.
1.
Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Terdiri dari
vitamin A (aseroftol, retinol), vitamin D (kalsiferol), vitamin E (tokoferol),
dan vitamin K (menadion). Beberapa jenis karotenoid, seperti b-karoten dan
astaksantin dapat dimasukan dalam golongan ini karena merupakan prekusor
vitamin A (provitamin A).
2.
Vitamin-vitamin yang larut dalam air. Terdiri dari
vitamin B kompleks, kolin, inosiitol, dan vitamin C (asam askrobat).
Vitamin-vitamin kompleks-B terdiri dari B1 (tiamin, aneurin), vitamin B2
(riboflavin, laktoflavin), vitamin B6 (piridoksin), vitamin B12
(sianokobalamin), niasin (asam nikotinat, miasenamid), asam pantotenat, vitamin
H (biotin), dan asam folat (folasin).
3.
Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak dan yang larut
dalam airdapt menyebabkan gejala penyakit avitaminosis. Penyakit kelebihan
vitamin (hipervitaminosis) hanya disebabkan oleh vitamin-vitamin dari golongan
yang larut dalam lemak. Pada vitamin yang larut dalam air, jika ada kelebihan
vitamin akan dibuang keluar tubuh melalui urine. Hal tersebut dikarenakan
vitamin ini dapat terbawa dalam cairan darah. Berbeda dengan vitamin yang larut
dalam lemak, kelebihan vitamin akan ditimbun bersama timbunan lemak dan tidak
disekresikan. Penimbunan vitamin terjadi karena vitamin tersebut tidak larut di
dalam darah.
Dosis pemberian vitamin
Kadar vitamin di
dalam pakan sebagian besar dinyatakan dalam miligram per kilogram pakan
(mg/kg),. Akan tetapi, untuk vitamin A, vitamin D, dan vitamin E biasanya
dinyatakan dengan satuan International
Unit Activity (IU) atau dalam satuan internasional (SI). Pengertian satuan
internasional adalh sebagai berikut.
v Untuk
vitamin A, 1 IU sama dengan
·
Aktivitas dari 0,344 mikron all-transvitamin A1
asetat, atau
·
Sama dengan 0,3 µg (mikrogram) retinol (vitamin A1),
atau
·
Sama dengan 0,6 µg β-karoten
v Untuk
vitamin D, 1 IU sama dengan aktivitas dari 0,025 mg vitamin D3 (kolekalsiferol)
v Untuk
vitamin E, 1 IU sama dengan aktivitas dari 1 mg vitamin E asetat hasil
sintesis.
Vitamin E
mempunyai sifat sebagai antioksidan (mencegah oksidasi) pakan ikan dan udang
yang banyak mengandung asam lemak tak jenuh PUFA, kadar vitamin E perlu
diperbanyak. Hal ini dilakukan untukmencegah oksidai lemak yang menyebabkan bau
tengik. Selain vitamin E, bahan lain yang bersifat antioksidan antara lain
lesitin (fosfalipid-kolin),
etoksikulin, BTH (butylated hydroxy
toulen), dan BHA(butylated hydroxy
anisole). Penggunaan masing-masing bahan adalah sekitar 150-200 ppm
(Mudjiman, 2004).
Kebutuhan
vitamin pada ikan laut
Kebutuhan
vitamin ikan dipengaruhi oleh ukuran, umur, laju pertumbuhan, stres lingkungan,
dan hubungan antarnutrien. Kebutuhan vitamin didasarkan pada konsentrasi
minimal yang masih mampu mendukung pertumbuhan maksimal, tanpa ada gejala
kekurangan atau kematian. Kebutuhan
tersebut dapat ditentukan melalui pengujian dengan menggunakan pakan khusus
yang mengandung nutrien esensial dalam jumlah memadai, akan tetapi dengan
konsentrasi vitamin akan diuji berbeda-beda.
Tabel 2. Kebutuhan
Vitamin Ikan Salmon
Jenis vitamin
|
Jenis ikan
|
|
Salmona
|
Salmonb
|
|
Tiamin
(B-1) (mg)
|
10
|
1
|
Riboflavin
(B-2) (mg)
|
40
|
4
|
Piridoksin
(B-6) (mg)
|
10
|
3
|
Asam
pantotenat (mg)
|
-
|
20
|
Asam
nikotinat (mg)
|
-
|
10
|
Biotin
(mg)
|
1
|
0,15
|
Asam
folat (mg)
|
3
|
1
|
Kobalamin
(B-12) (mg)
|
20
|
0,01
|
Inositol
(mg)
|
400
|
300
|
Kolin
(mg)
|
800
|
1.000
|
Vitamin
C (mg)
|
100
|
50
|
Vitamin
A (mg)
|
4.000
|
2.500
|
Vitamin
E (mg)
|
400
|
50
|
Vitamin
K (IU)
|
400
|
1
|
Vitamin
D-3 (IU)
|
-
|
2.400
|
Keterangan :
a = Brown dan Grazek, 1980
b = Bureau dan Cho, 2003
Tabel 3. Jumlah Vitamin Aktif yang
Seharusnya Terkandung dalam 1 kg Pakan Basah (40% Material Kering) untuk Ikan Kerapu
Vitamin
|
Jumlah (mg/kg pakan)
|
Retinol (A)
|
0,45 (1500 IU)
|
Thiamine (B1)
|
7,5
|
Ribofl avine (B2)
|
10
|
Lanjutan Tabel 3. Jumlah Vitamin Aktif yang
Seharusnya Terkandung dalam 1 kg Pakan Basah (40% Material Kering) untuk Ikan Kerapu
|
|
Vitamin
|
Jumlah (mg/kg pakan)
|
Asam nikotinat(B3)
|
30
|
Choline (B4)
|
2002
|
Asam pantotenat (B5)
|
15
|
Pyridoxine (B6)
|
5
|
Sianokobalamin (B12)
|
0,02
|
Asam askorbat (C)
|
50
|
Cholecalciferol (D3)
|
0,015 (600 IU)
|
DL-α -Tocopherol (E)
|
30 (30 IU)
|
Biotin (H)
|
0,2
|
Menadione (K3)
|
2,5
|
Asam folat
|
2,5
|
Sumber: Sim et al (2005).
DAFTAR PUSTAKA
Afrianti, Eddy dan Evi Liviawaty. 2005. Pakan
Ikan. Kanisius, Yogyakarta.
Arfah, Harton, Melati dan Mia Setiawati. 2013. Suplementasi Vitamin E
Dengan Dosis Berbeda Pada Pakan Terhadap Kinerja Reproduksi Induk Betina Ikan
Komet (Carassius auratus auratus). Jurnal akuakultur Indonesia. Vol. 12(1):14-18.
Aslianti, Titiek
dan Agus Priyono. 2009. Peningkatan Vitalitas dan
Kelangsungan Hidup Benih Kerapu Lumpur (Epinephelus coioides) Melalui
Pakan Yang Diperkaya Dengan Vitamin C dan Kalsium. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan
Perikanan ) : 19(1).
Brown, E.E. and J.B. Gratzek 1980. Fish Farming
Handbook : Food, Bait, Tropicals and Gold Fish. AVI Publishing Company Inc.
Westport, Connecticut.
Kementerian Kelautan
dan Perikanan. 2011. Stasiun Karantina Ikan Kelas I Hang Nadim Batam. Badan
Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.
Kordi, K. dan M. Ghufran. 2010. Panduan
Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar di Kolam Terpal. Lily Publisher, Yogyakarta.
Mainassy, M. C, Jacob L. A. U.
dan Martanto, M. 2011. Pendugaan Kandungan Beta Karoten Ikan Lompa (Thryssa Baelama) di Perairan Pantai
Apui, Maluku Tengah. Jurnal perikanan. Vol.13(2):51-59.
Martuti, Nana K. T. 2012.
Kandungan Logam Berat Cu dalam Ikan Bandeng, Studi Kasus di Tambak Wilayah
Tapak Semarang. Hlm 88-94.
Mustika, E.R,. 2005. Pengaruh Pemberian Dosis Vitamin E Berbeda pada
Kadar Asam Lemak N-3 Dan N-6 Tetap (1:3) dalam Pakan terhadap Penampilan
Reproduksi Ikan Zebra (Brachydanio rerio) Prasalin. Teknologi dan
Sim, Sih-Yang. Mike Rimmer. Kevin Williams. Joebert.
Toledo. Ketut Sugama. Inneke Rumengan and Michael J. Phillips. 2005. Pedoman Praktis Pemberian
dan Pengelolaan Pakan untuk Ikan Kerapu yang di Budidaya. Australian Centre for
International Agricultural Research.
Siregar, Yusni Ikhwan
dan Adelina. 2008. Pengaruh Vitamin C terhadap Peningkatan Hemoglobin (Hb) Darah
dan Kelulushidupan Benih Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis). Jurnal Natur Indonesia : 12(1)
Subandiyono, 2009. Nutrisi Ikan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro,
Semarang.
Susanto, E. dan A.S. Fahmi. Tth.
Senyawa Fungsional dari Ikan: Aplikasinya dalam Pangan. Jurnal aplikasi
teknologi pangan. Vol.1(4):95-102.
Yulfiperius, Ing Mokoginta dan
Dedi Jusandi. 2003. Pengaruh Kadar Vitamin
E dalam Pakan terhadap Kualitas Telur Ikan
Patin (Pangasius Hypophthalmus).
Jurnal ikhtiologi Indonesia. Vol.3(1):11-18.


0 komentar:
Posting Komentar